Hubungan antara Nafas, Suara dan OM̐ dalam Meditasi


Suara internal

Kita menggunakan suara di OM̐, tetapi ini bukan sembarang bentuk suara. Ini adalah suara yang dihasilkan di dalam pikiran, bukan suara yang didengar secara pasif baik melalui telinga atau melalui memori suara pendengaran.

Pembangkitan suara ini adalah proses yang dikenal sebagai berpikir. Jadi yoga dicapai dengan menghasilkan dan mengamati pikiran dalam pikiran. Inilah mengapa Shankara, mengomentari Yoga Sutra 2:20, mengatakan bahwa aktivitas kesadaran murni dalam diri individu adalah “pengamatan pikiran dalam pikiran. … Purusha, melihat pada pikiran dalam pikiran saja, hanya melihat itu, dan tidak pernah gagal untuk melihat pikiran yang merupakan objeknya. …

Untuk bersaksi adalah hal yang wajar baginya, dalam arti bahwa esensinya adalah kesadaran akan ide-ide pikiran. Satu-satunya hal yang pernah kita lakukan di alam nyata kita sebagai kesadaran murni adalah mengamati pikiran dalam akal (buddhi). Itulah mengapa ketika Sri Ramakrishna ditanya: “Apakah Diri itu?” dia hanya menjawab: “Saksi pikiran.

Kesan indera dirasakan selangkah lebih jauh dari kesan di pikiran bawah (manas). Memahami pikiran adalah satu-satunya aktivitas kesadaran jiwa. Persepsi pikiran juga merupakan aktivitas purusha yang terus-menerus. Maka hanya masuk akal untuk menyimpulkan bahwa untuk menemukan Jati Diri atau untuk membuat Diri menjadi mapan dalam sifat aslinya kita harus menggunakan kemampuan berpikir. Namun, ada anggapan itulah yang membuat kita bingung sepanjang waktu dalam identitas palsu. Jadi, bukan hanya pemikiran secara umum yang kita butuhkan, tetapi jenis pemikiran khusus, yang mengembalikan kesadaran pada dirinya sendiri dan akhirnya menyatu dengan kesadaran murni yaitu Jiwa atau Atman atau Diri. Pikiran unik itu adalah OM̐. “Japa dan meditasinya adalah caranya.”




Berbagi adalah wujud Karma positif

Berbagi pengetahuan tidak akan membuat kekurangan

Blog Terkait