Gua Hati Spiritual (Hridaya)


Mata Hati

Ada organ kontemplasi yang dikenal sebagai “mata Hati” atau “kecerdasan Hati,”, ini berdiam “di kedalaman jiwa,” mewakili aspek terdalam dari Hati.
Intelek Hati adalah kemampuan manusia tertinggi yang melaluinya dia mengenal Tuhan atau esensi batin melalui persepsi spiritual atau pemahaman langsung.
Intelek Hati tidak berfungsi dengan merumuskan konsep abstrak dan tidak mencapai kesimpulan melalui alasan deduktif. Ia memahami Kebenaran Ilahi melalui pengalaman langsung atau intuisi.

Ungkapan “mata Hati” muncul juga dalam tradisi sufi. Di sini melambangkan pembukaan menuju Yang Ilahi, mata yang melaluinya kedalaman Hati dapat dilihat dan melalui mana Hati dapat mengetahui Realitas Ilahi Tertinggi. kita dapat membayangkan mata Hati ini :

  • Seseorang berorientasi pada “batin,” yang melaluinya meditator dapat “melihat” kedalaman Hati yang tak terbatas;
  • Seseorang berorientasi pada “eksterior”. Ini adalah mata yang melaluinya Subjek Tertinggi, Penguasa Batin, Tuhan, atau kesadaran saksi menyaksikan dunia.

Bagi tradisi-tradisi ini, tempat ini, jauh di dalam hati, adalah simbol dari titik kontak dengan Tuhan. Mengolah Hati adalah kebutuhan spiritual yang mendasar.

Seni dan kontemplasi mewakili beberapa cara untuk menumbuhkan Hati Spiritual, tetapi metode terbaik adalah melalui meditasi untuk wahyu Hati dan Cinta Spiritual.
Sekolah spiritual otentik mana pun harus mendorong atau bahkan “mengajarkan” prinsip-prinsip suci kerajaan Hati: cinta murni, kerinduan, semangat, getaran suci, cita-cita bagi Ilahi.
Peran ritual yang paling penting dalam tradisi kuno adalah untuk menghilangkan kecenderungan diskursif dan reflektif dari pikiran dan untuk melarutkan kekuatan identifikasi, yang membuat benteng individualitas tetap hidup.
Pada saat-saat seperti itu, keheningan total dari pikiran diperlukan sebelum memasuki tempat suci (yang berhubungan dengan ruang rahasia Hati). Dengan demikian para inisiat dapat naik ke ego yang lebih halus dari keberadaan pribadi mereka, menuju apa yang mereka sebut sebagai Wujud, menuju Esensi Tertinggi.

Pemikiran rasional disebut refleksi karena merupakan refleksi dari energi Jantung. Karena itu, tradisi kuno memegang alasan, rasionalitas, menjadi hanya kapasitas untuk pengetahuan yang dimediasi dan direfleksikan.
Pikiran tahu melalui proses memperoleh informasi. Hati tahu melalui penyerahan, kepercayaan, dan sukacita.
Pengetahuan tentang pikiran itu berurutan; pengetahuan tentang Hati itu seketika dan tidak terbagi. Itu adalah wahyu. Itu holistik. Ini mengungkapkan Advaita, non-dualitas.

Analogi telah dibuat antara Matahari dan Bulan, Jantung dan pikiran di sisi lain. Dalam agama Hindu, pikiran dinamai chandra mandala, “lingkaran bulan,” dan Jantung dinamai surya mandala, “lingkaran Matahari.”

Bahkan sifat-sifat yang sesuai dari kedua organ ini adalah simbolis dalam dan dari diri mereka sendiri: kehadiran yang bercahaya di dalam Jantung dan refleksi, kecerdasan diskursif dalam pikiran. Sebenarnya, pikiran hanyalah alat untuk menyesuaikan diri dengan dunia.
Intuisi, yang berasal dari Hati, adalah ilahi karena mewakili partisipasi langsung dalam kebijaksanaan spiritual universal.

Hati, menjadi Matahari Spiritual, adalah gambar dari Pusat. Itu dianggap sebagai tempat wahyu, pusat kehidupan yang vital, dan sumber intuisi terdalam. Hati adalah organ “theophanic” (teofani adalah manifestasi Tuhan nyata bagi umat manusia). Itu adalah simbol kesempurnaan yang suci.
Karena itu, pikiran adalah instrumen yang tidak sempurna dengan ketidakmampuan yang melekat untuk memahami dan menyadari atman.

Kebenaran tentang Diri tidak dapat datang dari dia yang belum menyadari bahwa dia adalah Diri. Intelek tidak dapat mengungkapkan Diri melampaui dualitas subjek dan objeknya.

Sumber energi individualitas

Energi halus primordial naik dari Jantung ke pikiran, melalui saluran energi (dikenal sebagai atma nadi). Di sini ia memberi makan, proses berpikir dan secara tersirat kesadaran individu dengan semua keterikatan dan harapannya, ilusi dan penderitaan. Itu sebabnya pikiran dipandang sebagai Bulan yang hanya memantulkan cahaya matahari.
Kembali ke Jantung, semua suara sia-sia di dunia menjadi hening.

Hati adalah tempat perlindungan keheningan.

Di sana, dalam keintiman dan kesunyian yang paling suci dari “gua Hati”, suasana individualitas memudar dan kesadaran persatuan terungkap. Di sana, dunia dan manusia adalah satu. Jadi, dengan cara yang paradoks, kesunyian dan keintiman Hati mengungkapkan kesatuan esensial dari semua keberadaan.

Terkadang Hati dipahami sebagai sarana wahyu. Itu juga merupakan organ pemurnian, reintegrasi, dan transfigurasi keberadaan kita. Sebagai contoh, untuk Tantra segala sesuatu yang membawa kesenangan menyelaraskan Hati, dilihat sebagai alat kesadaran kosmik.

Melalui pelepasan dari aksen individu mana pun muncul sublimasi spontan dalam Hati. Dengan cara ini, setiap sensasi dibawa ke kemurniannya dan kemudian ditawarkan ke ruang Jantung yang tak terbatas.

Hati adalah jembatan antara yang terbatas dan tak terbatas, pribadi dan transpersonal, masa kini dan keabadian. Itu adalah keterbukaan terhadap sang Utuh. Hati mewakili peluang utama untuk melampaui batasan individualitas.

Fungsi Hati ini menjadikannya wilayah batas karena secara simultan menyandang karakteristik Realitas Tertinggi dan realitas terbatas. Batin Hati adalah portal untuk mengarahkan pengalaman dari apa yang disebut “Jiwa” kesadaran,  konsep yang dengan mudah menghindari semua definisi.




Berbagi adalah wujud Karma positif

Berbagi pengetahuan tidak akan membuat kekurangan

Blog Terkait