Wawasan Para Resi dan Cendekiawan tentang Tidur dan Mimpi


Pola Tidur Alami

 Tubuh kita membutuhkan tidur untuk mempertahankan fungsi dan kesehatan yang baik. Padahal, kita diprogram untuk tidur setiap malam sebagai sarana untuk memulihkan tubuh dan pikiran kita. Dua sistem yang saling berinteraksi—jam biologis internal dan homeostat tidur-bangun—sangat menentukan waktu transisi kita dari terjaga ke tidur dan sebaliknya. Kedua faktor ini juga menjelaskan mengapa, dalam kondisi normal, kita biasanya tetap terjaga di siang hari dan tidur di malam hari. Tapi apa yang sebenarnya terjadi ketika kita tertidur? Sebelum era penelitian tidur modern di awal 1920-an, para ilmuwan menganggap tidur sebagai keadaan otak yang tidak aktif. Secara umum diterima bahwa saat malam tiba dan masukan sensorik dari lingkungan berkurang, demikian pula fungsi otak. Intinya, para ilmuwan berpikir bahwa otak mati begitu saja saat tidur,

Pada tahun 1929, sebuah penemuan yang memungkinkan para ilmuwan merekam aktivitas otak menantang cara berpikir ini. Dari rekaman yang dikenal sebagai electroencephalograms (EEGs), para peneliti dapat melihat bahwa tidur adalah perilaku yang dinamis, di mana otak sangat aktif pada waktu-waktu tertentu, dan tidak dimatikan sama sekali. Seiring waktu, studi tidur menggunakan EEG dan instrumen lain yang mengukur gerakan mata dan aktivitas otot akan mengungkap dua jenis tidur utama. Ini ditentukan oleh pola listrik yang khas di otak orang yang sedang tidur, serta ada tidaknya gerakan mata.

Dua jenis tidur utama adalah tidur rapid-eye-movement (REM) dan tidur non-rapid-eye-movement (NREM). Pada EEG, tidur REM, yang sering disebut “tidur aktif”, dapat dikenali dari karakteristik gelombang amplitudo rendah (kecil), frekuensi tinggi (cepat), dan ritme alfa, serta gerakan mata sesuai namanya. Banyak ahli tidur berpikir bahwa gerakan mata ini berhubungan dengan mimpi. Biasanya, ketika orang terbangun dari tidur REM, mereka melaporkan bahwa mereka telah bermimpi, seringkali mimpi yang sangat jelas dan terkadang mimpi yang aneh. Sebaliknya, orang melaporkan lebih jarang bermimpi ketika terbangun dari tidur NREM. Menariknya, selama tidur REM, otot lengan dan kaki lumpuh sementara. Ini dianggap sebagai penghalang neurologis yang mencegah kita untuk “memerankan” impian kita.

Tidur NREM dapat dipecah menjadi tiga tahap berbeda: N1, N2, dan N3. Dalam perkembangan dari tahap N1 ke N3, gelombang otak menjadi lebih lambat dan lebih sinkron, dan mata tetap diam. Pada tahap N3, tahap NREM terdalam, EEG mengungkapkan gelombang dan spindel dengan amplitudo tinggi (besar), frekuensi rendah (lambat). Tahap ini disebut sebagai tidur “dalam” atau “gelombang lambat”.




Berbagi adalah wujud Karma positif

Berbagi pengetahuan tidak akan membuat kekurangan

Baca Juga