Resonansi Realitas Tuhan yang Tak Terbatas


Gelombang Dalam Hidup

Bagaimana getaran ini berperilaku dalam materi hidup? Apakah kita memiliki penerima untuk setiap gamut getaran? Apakah kita / dapatkah kita merasakan semua getaran?

Energi getaran diklasifikasikan menurut skala tingkat getaran yang dijelaskan oleh frekuensi getarannya. Frekuensi menentukan kualitas (jenis) energi. Amplitudo menentukan jumlah energi.

Frekuensi getaran bergantung pada sifat inheren (intrinsik – ada sebagai konstituen atau karakteristik esensial) dari emitor atau penerima. Jadi, misalnya, frekuensi getaran yang diterima telinga adalah antara 16 dan 20.000 siklus / detik.

Mata menerima getaran antara 1 diikuti oleh 14 nol dan 1 diikuti oleh 15 siklus nol / detik, dll. Dengan cara ini, setiap organ indera berfungsi dan hanya dapat menafsirkan frekuensi tertentu yang ditentukan.

Jangkauan persepsi panca indera sangatlah terbatas dibandingkan dengan seluruh jangkauan frekuensi di alam semesta. Selain lima organ indera, manusia juga memiliki indra lain (penerima energi getaran), yang sebagian besar waktu laten (tidak aktif) (misalnya, clairvoyance), tetapi dapat dibangkitkan melalui pelatihan yang sesuai.

Dalam istilah getaran, kesadaran adalah kemampuan sistem untuk merespon rangsangan (informasi). Sistem ini bisa kompleks (misalnya manusia) atau sangat sederhana (misalnya sel).

Jika kita akan menabrak atom dengan sinar energi, atom akan merespon dengan cara tertentu. Saat kita menghentikan stimulus ini, atom kembali ke keadaan awalnya. Respon ini merupakan manifestasi dari kesadaran atom.

Eksperimen yang sama dapat dilakukan dengan sel, hewan atau manusia. Tentu saja, sistem yang lebih maju akan bereaksi dengan cara yang lebih kompleks daripada sistem yang lebih primitif. Semakin kompleks suatu sistem, semakin ia memiliki keseluruhan respons yang lebih luas.

Karena manusia adalah lambang Alam Semesta, jumlah kemungkinan respons meningkat pesat. Kita akan mengatakan bahwa jumlah tanggapan yang mungkin mewakili aspek kesadaran ‘kuantitatif’.

Mungkin bagi sebagian orang ini tampak artifisial, karena kebanyakan orang mengasosiasikan gagasan kesadaran hanya dengan makhluk hidup. Ini terjadi karena keterbatasan dan ketidaktahuan kita.

Banyak orang membatasi arti istilah ‘makhluk hidup’ hanya untuk makhluk yang dapat mereproduksi diri mereka sendiri. Orang yang cerdas dapat melihat bahwa visi ini sepenuhnya sewenang-wenang, karena apa yang mereka lakukan adalah memproyeksikan perilaku sendiri ke sistem lain dan menilai mereka sesuai dengan ‘standarnya’.

Menurut ‘standar’ itu, atom, misalnya, tidak hidup.

Kebijaksanaan timur mendefinisikan ribuan tahun yang lalu konsep spanda (getaran atau kedipan dari Kesadaran Ilahi), sebagai dasar dari seluruh manifestasi Alam Semesta.

Dalam penglihatan ini, kesadaran ada di mana-mana, bahkan dalam partikel materi yang paling kecil sekalipun. Dengan kata lain, seluruh materi mengandung kesadaran (oleh karena itu, kehidupan) dalam berbagai proporsi.

Kekuatan yang bersembunyi dalam berbagai tingkatan kesadaran akan segala sesuatu yang ada disebut maya , tabir ilusi. Derajat kehadiran kesadaran ini mewakili aspek kesadaran ‘kualitatif’, dan aspek ini diekspresikan oleh frekuensi getaran.

Orang bijak timur kuno, sebagai hasil dari eksperimen pribadi mereka pada tingkat kesadaran terdalam, menyusun manusia dan Semesta dalam tujuh oktaf getaran (sesuai dengan tujuh chakra). Tingkat-tingkat ini secara tepat mengungkapkan kualitas kesadaran. Suatu sistem juga memiliki aktivitas pertukaran energi dengan dunia sekitarnya (metabolisme). Aktivitas ini menunjukkan intensitas dan jangkauan pertukaran energi antara sistem dan lingkungannya. Jika aktivitas energetik ini tidak meluas pada rentang frekuensi tertentu, realitas yang sesuai dengan frekuensi tersebut ‘tidak ada’ untuk sistem itu.

Oleh karena itu di alam ada ‘hantu’ realitas relatif untuk setiap kategori sistem yang mewujudkan tingkat kesadaran tertentu. Kita dapat memahami sekarang bahwa bahkan batu pun memiliki kesadarannya sendiri, oleh karena itu realitas relatifnya sendiri.

Makhluk dari tingkat tertinggi Semesta dapat berinteraksi dengan lingkungan mereka jauh lebih besar daripada makhluk dari tingkat yang lebih rendah. Ketika kita naik ke tingkat keberadaan yang lebih tinggi, besarnya realitas yang dialami dan kebebasan kita tumbuh secara eksponensial.




Berbagi adalah wujud Karma positif

Berbagi pengetahuan tidak akan membuat kekurangan

Blog Terkait